Kampung Kawa di Nagekeo, Surga di Balik Punggung Gunung Amagelu
kampung kawa di nagekeo

Kampung Kawa di Nagekeo, Surga di Balik Punggung Gunung Amagelu – Desa tradisional Kawa ini dinobatkan sebagai The Rising Starnya Desa Budaya di NTT lho! Penasaran?

Kampung Kawa atau Desa Budaya Kawa merupakan bagian dari Desa Labolewa bagian Barat, jarak tempuhnya kurang lebih 6 kilometer dari Kota Mbay, Ibukota Nagekeo.

Keindahan alam dari Kampung Kawa ini sangat eksotis berkat lokasinya yang ada di antara Gunung Ebuloba dan Amagelu. Lebih tepatnya di balik punggung Gunung Amagelu yang megah.

kampung kawa di nagekeo

“Ini merupakan destinasi unggul di Kabupaten Nagekeo yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara.” Ujar Bupati Nagekeo, Johannes Don Bosco Do yang dikutip dari Kompas.

Ada beberapa daya tarik dari Kampung Kawa ini selain juga dijuluki sebagai The Rising Starnya Desa Budaya di NTT, berkat nilai jual pariwisata yang sangat tinggi sebagai sebuah kampung wisata sekaligus budaya!

Diantara beberapa daya tarik dari Kampung Kawa, antara lain:

Daya Tarik Kampung Kawa di Nagekeo

  • Mirip dengan Desa Adat Wae Rebo

Siapa yang gak jatuh cinta sejak pertama kali menginjakan kakinya di Desa Adat Wae Rebo? Meski jauh-jauh harus naik bukit untuk sampai di Desa Wisata Wae Rebo, tapi justru itulah sensasi yang bisa bikin kamu kangen buat balik lagi!

Begitupula di Kampung Kawa, Nagekeo, sensasi menaiki bukit untuk mendapat view surga dunia dari balik punggung Gunung Amagelu ini dijamin ngingetin kamu sama suasana liburan ke Wae Rebo!

Selain berada di punggungan Gunung Amagelu, dimana kamu harus berjalan menyusuri bukit untuk sampai di Kampung Kawa, kamu juga bisa merasakan sensasi berwisata di kampung yang berada di lembah dua gunung, yakni Gunung Ebuloba dan Amagelu.

Melihat Kampung Kawa dari atas ketinggian memang benar-benar mirip degan Desa Adat Wae Rebo. Kamu bisa melihat jajaran rumah-rumah tradisional dengan view savana yang menawan.

Mungkin yang sedikit membedakan dari Kampung Kawa dengan Kampung Adat Wae Rebo ada pada bentuk atap rumahnya.

Jika Kampung Adat Wae Rebo punya bentuk atap rumah seperti kerucut, Kampung Adat Kawa di Nagekeo punya bentuk atap rumah seperti limas.

Meskipun berada di lembah di antara dua gunung, tapi menuju ke lokasi pendakian Kampung Adat Kawa sudah difasilitasi dengan jalanan beraspal sehingga memudahkan kamu untuk mencapainya.

“Akses jalan masuk menuju ke Kampung Adat Kawa sudah diaspal hotmix sedangkan akses menuju ke kampungnya harus trekking di perbukitan. Ini yang membuat wisatawan sangat tertarik dengan berwisata di kampung tersebut.” tuturnya.

  • Kampung Kawa di Nagekeo Wisata Favorit Turis Mancanegara

Kampung Adat Kawa juga jadi tujuan wisata favoritnya turis mancanegara lho guys! Yap! Keindahan Desa Kawa memang udah cukup tersohor sampai ke luar negeri.

Menurut ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Kabupaten Nagekeo, John Nekuaja, udah banyak banget wisatawan mancanegara yang berlibur ke Kampung Adat Kawa di Nagekeo.

Yang paling bikin turis-turis ini tertarik buat berkunjung ke Kampung Kawa, selain karena lokasinya yang asri di lembah pegunungan, juga arsitektur rumahnya yang cukup unik.

Mungkin kamu jadi bertanya-tanya, dimana kiranya para wisatawan ini tinggal selama berwisata di Kampung Kawa? Mereka cenderung tertarik untuk berbaur dan hidup beberapa hari bersama masyarakat asli di sana, lho! Seru abis!

“Mereka sangat senang berbaur dengan masyarakat setempat serta melihat dari dekat kehidupan orang Nagekeo di Kampung Adat Kawa,” ujar John Nekuaja.

Nah, wisatawan asing aja amat sangat tertarik untuk berkunjung ke Kampung Kawa, kamu kapan nih guys? Hehe.

  • Terdiri Dari 12 Rumah Adat yang Masih Terjaga

Di Kampung Kawa, total ada 12 rumah adat yang masih berdiri cukup kokoh sebagai tempat tinggal sekaligus tempat beribadat dan melestarikan kebudayaan setempat.

kampung kawa

Ada keunikan lainnya dari filosofi rumah adat di Kampung Kawa yang gak heran bisa bikin para wisatawan makin betah buat berbincang lama-lama dengan para warga di sana.

Bagi masyarakat di Kampung Kawa, rumah adat bukan hanya sekadar bangunan kosong atau benda mati aja, lho! Melainkan mereka percaya bahwa rumah-rumah ini memiliki ruh dan jiwa.

Sama seperti anak manusia yang dibangun dengan gotong royong dan sangat hati-hati. Bahkan, buat membangun satu rumah adat saja masyarakat di Kampung Kawa memercayai bahwa mereka perlu mendapat izin dan restu dari nenek moyang!

Biasanya, untuk membangun 1 rumah adat, masyarakat di Kampung Kawa akan melaksanakan upacara adat kurban dengan menggunakan hewan babi.

Gak hanya filosofi dalam makna rumah adat bagi masyarakatnya saja, tapi dalam tata cara pembangunannya pun harus penuh kehati-hatian.

Pada umumnya yang membangun rumah adat Kampung Kawa ini haruslah laki-laki yang saling bergotong royong. Jika biasanya pembangunan rumah penuh dengan kesemerawutan, dalam pembangunan rumah adat di Kampung Kawa ini haruslah dalam kondisi yang tenang dan damai.

Mereka percaya, kesemerawutan yang terjadi selama proses pembangunan rumah adat bukanlah hal yang baik, karena bisa jadi pertanda malapetaka!

  • Punya 12 Ritual Adat Dalam 1 Tahun

Buat kamu ritual adat hunters, wajib banget sih buat masukin Kampung Adat Kawa ke dalam list next liburan kamu di Nusa Tenggara Timur!

Ketua Adat Kampung Kawa, John Don Bosco Do menyatakan bahwa setidaknya ada 12 ritual adat dalam kurun waktu 1 tahun yang diselenggarakan di Kampung Kawa.

Ritual adat di setiap tahunnya ini diawali pada Bulan September dengan Upacara Adat Sewe Li’e Uta atau yang biasa juga dikenal sebagai tanam pangan di salah satu suku yang ada di Kampung Kawa.

Biasanya ritual diadakan dengan menanam tanaman yang biasa ditanam oleh warga, seperti jagung dan kacang-kacangan dengan makna dan filosofi tersendiri.

Usai itu, ada juga Upacara Adat Tolak Bala Gua Ru dan atraksi tinju adat Etu serta berburu sebagai penutupan kalender ritual adat.

Dan uniknya, Ketua Adat Kampung Kawa sendiri menyatakan bahwa awal tahun bagi masyarakat di sana itu bukanlah Bulan Januari! Melainkan Bulan September di setiap tanggal 12! Unik yaa!


Berkunjung ke Kampung Adat Kawa akan membawa kamu ke perjalanan budaya yang unik, langsung dari sebuah kampung yang masih sangat menjunjung tinggi nilai adat istiadat.

Sesampainya kamu di Kampung Kawa nanti, niscaya akan disambut dengan sebuah ritual kecil dimana Kepala Adat Kampung Kawa akan memercikan air kepada tiap tamu yang hadir, sambil mengatakan, “Petu Keta, Zaza Ja – yang panas, jadilah dingin“.

Keunikan lainnya saat berkunjung ke Kampung Kawa di Nagekeo adalah kepatuhan masyarakatnya akan adat istiadat yang berlaku.

kampung kawa di nagekeo

Contohnya saja, Kampung Kawa dengan kontur tanah berbatu megalith seringkali menggoda wisatawan untuk duduk-duduk di atas batu saat lelah setelah jauh berjalan menyusuri bukit untuk sampai di kampung.

Tapi, menurut masyarakat setempat, gak boleh lho sembarangan duduk di atas batu-batu megalitikum yang ada di Kampung Kawa!

Hal ini lantaran mereka percaya bahwa menginjak atau duduk di atas batu megalith secara sembarangan bisa membawa kesialan dan harus dilakukan ritual segera!

Perjalanan Menuju ke Kampung Kawa

Perjalanan menuju ke Kampung Kawa harus diawali dengan bertolak menuju ke Desa Lebolewa terlebih dahulu. Nantinya, dari Kantor Desa Lebolewa, kamu harus menyusuri jalanan yang cukup berbatu.

Meskipun jalannya lebar dan cukup untuk dilalui oleh mobil, namun paling nyaman kalau dilalui oleh mobil-mobil gagah yang memang diperuntukan untuk offroad, karena kalau di musim hujan pun, jalanannya akan cukup becek sehingga bisa membuat roda mobil jadi selip.

So … lebih enak lagi kalau kamu siapin fisik dan naik menuju ke Kampung Kawa dari Kantor Desa Lebolewa dengan berjalan kaki atau trekking dengan pemandu setempat.

Pendakian menuju ke Kampung Kawa ini akan melalui hutan terlebih dulu, usai dari situ, barulah kita akan sampai di sisi barat Gunung Amagelu dimana banyak dipakai berladang oleh warga sekitar.

Penanda bahwa pendakian kamu sebentar lagi sampai di Kampung Kawa dengan adanya sebuah bukit kecil yang dinamai Bukit Terlarang.

Dari sini, perjalanan kamu akan diwarnai dengan indahnya ngarai dan lembah Aesesa. Dari sini, kamu akan segera sampai di Kampung Kawa.

Pertama kali menginjakan kaki di Kawa, kamu pasti bakal jatuh cinta pada pandangan pertama. Perkampungan asri yang sangat estetik dan gak bisa ditemui di kota, belum lagi banyaknya kuda-kuda ternak yang hilir mudik menikmati segarnya rumput di Perkampungan Kawa.

Beberapa suku adat juga akan menyambut kedatangan kamu, dimulai dari Suku Nakazale, Suku Wala, dan Suku Geganeja. Semuanya hidup rukun di rumah-rumah adat yang ada di Kampung Kawa.

Saking asrinya Kampung Kawa ini, kamu mungkin akan tiba-tiba menemui rusa liar atau kerbau liar yang mampir ke perkampungan untuk sekadar menyapa. Jangan kaget yaa!

Open Trip Labuan Bajo Bareng Indahnesia Yuk!

Comments

Leave a Reply