Indahnesia Tour

Mengenal Pakaian Adat NTT Sesuai Dengan Suku yang Ada!

Mengenal Pakaian Adat NTT Sesuai Dengan Suku yang Ada! – NTT terkenal dengan kerajinan tenun dan pakaian adatnya yang menarik. Tapi, udah tau belum kalau pakaian adat NTT ternyata jenisnya ada banyak dan setiap suku pasti punya pakaian khasnya masing-masing. Penasaran?

Sesuai dengan namanya, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di timur gugusan kepulauan Nusa Tenggara.

Seperti yang kita tahu, Nusa Tenggara Timur selain kaya akan keindahan pariwisata alam dan adat istiadatnya melalui kampung-kampung adat yang masih berdiri hingga sekarang, juga diwarnai dengan beragam suku yang ada di dalamnya.

Ada total 7 suku yang mendiami Nusa Tenggara Timur, diantaranya Suku Rote, Suku Dawan, Suku Sumba, Suku Helong, Suku Sabu, Suku Lio, dan Suku Manggarai.

Setiap suku di Indonesia, tak terkecuali di NTT pastinya memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari rumah adat yang berbeda-beda, bahasa, upacara adat, kepercayaan, hingga pakaian adatnya pun juga pasti berbeda.

Yang menjadikannya semakin menarik, dari ke-tujuh suku yang ada di NTT ini, masing-masing juga punya kain tenun dan pakaian adat yang berbeda-beda dan akan kita bahas pada artikel kali ini nih Sobat Indahnesia!

So … ada pakaian adat apa aja yaa di NTT? Dan apa sih yang membedakan atau apa ciri khas dari masing-masing pakaian adat ini? Check this out!

Mengenal Pakaian Adat NTT Sesuai dengan Suku yang Ada!

Pakaian adat ntt

Nusa Tenggara Timur selalu mencuri perhatian oleh karena berkat Tuhan yang ada di dalamnya. Segala bentuk topografi alam yang memaukau berpadu dengan keramahtamahan setiap suku yang ada serta segala aspek budaya yang dicerminkan.

Pakaian adat jadi salah satu ciri khas serta kekayaan utama dari suatu suku yang ada di NTT. Merupakan simbolis dan bentuk filosofis dari berbagai nilai-nilai kehidupan dan keluhuran yang berusaha disampaikan melalui sehelai kain yang cantik.

Berikut suku-suku yang ada di NTT beserta dengan pakaian adat khasnya masing-masing yang bisa jadi sumber ilmu pengetahuan baru kamu sebelum melangkah menuju ke tanah timur Indonesia, NTT!

Pulau Rote merupakan pulau terluar di Indonesia, tepatnya berada di ujung selatan negara dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Pulau Rote punya luas wilayah sekitar 1.200 kilometer dengan dihuni oleh salah satu suku di NTT, yakni Suku Rote. Adapun, suku ini dulunya bermigrasi dari Pulau Seram, Maluku, ke Pulau Rote hingga saat ini.

Nah, soal pakaian adat, Suku Rote punya pakaian khas yang diberi nama tenun ikat. Di jaman dahulu, tenun ikat ini dibuatnya dari serat-serat pepohonan. Namun seiring perkembangan jaman, Suku Rote mengganti bahan pembuatan tenun ikat dengan menggunakan serat kapas.

Yang bikin pakaian adat dari Suku Rote semakin unik juga ada di bagian penutup kepalanya. Ti’i Langga, atau penutup kepala pada pakaian adat Suku Rote ini bentuknya hampir mirip lho sama topi sombrero!

Tampak gagah, pakaian adat tenun ikat tentunya punya style yang berbeda antara pria dan wanita. Perbedaan ini tentu aja punya makna dan filosofi tersendiri.

Untuk pakaian adat tenun ikat yang dipakai pria, daun lontar yang merupakan bahan dari pembuatan topi Ti’i Langga punya makna kewibawaan dan rasa percaya diri yang tinggi.

Ganjar Pranowo memakai pakaian adat tenun ikat

Kombinasi pakaian adat tenun ikat untuk pria biasanya berupa kemeja putih dengan sarung tenun berwarna gelap. Para pria seringkali menambahkan selendang kain bermotif yang melintang di bahu dan dada mereka.

Untuk perempuan di Suku Rote, umumnya memakai tenun ikat disertai dengan beragam perhiasan berbentuk bulan sabit, ikat pinggang dari perak, serta habas atau perhiasan yang dikenakan di bagian leher.

Wanita dari Suku Rote semakin anggun dengan memadu padankan tenun ikat dengan kain selempang sebagai aksesoris tambahannya.

Suku Dawan banyak tersebar di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di daerah Kupang, Timor, dan Belu. Pakaian adat yang biasa dikenakan oleh Suku Dawan bernama Amarasi dengan terdiri dari beragam komponen, seperti selendang, kebaya, serta tenun yang biasa dipakai untuk menutupi area tubuh bagian bawah.

Sama halnya dengan tenun ikat, pakaian Amarasi dari Suku Dawan ini juga berbeda antara yang dipakai oleh pria maupun wanita.

Baju Amarasi khusus yang dipakai pria berupa kain tenun yang dibentuk menyelimuti bagian kepala seperti yang pernah dipakai oleh Presiden Joko Widodo. Dengan dipadukan baju budo, kalung habas dengan bandul gong, gelang timot, dan hiasan di kepala.

Sedangkan untuk wanita, biasanya memakai sarung tenun untuk bagian bawah tubuh, kebaya, selendang penutup dada, muti salak, hiasan di kepala berupa tusuk konde, kalung sisir emas, dan gelang nalar.

Sesuai namanya, Suku Sumba juga berasal dari Pulau Sumba. Mempunyai pakain adat khas dari suku mereka yang dinamai baju Hinggi.

Untuk pria, pakaian Hinggi dilengkapi dengan ikat kepala atau disebut Tiara Patang yang biasa dililitkan dan dibentuk serupa dengan jambul.

Selain menggunakan Tiara Patang, pria dari Suku Sumba juga mengenakan Hinggi dengan aksesoris tambahan berupa senjata tradisional, kabiala dan ditaruh di bagian ikat pinggang sebagai lambang dari keperkasaan.

Ada yang unik di bagian pergelangan pria ini, mereka menggunakan perhiasan berupa Muti Salak dan Kanatar sebagai simbol dari strata sosial.

Pakain Hinggi Khusus Wanita ini bermacam-macam jenisnya, ada Lau Kawar, Lau Pahudu, Lau Mutikau, dan Lau Pahudu Kiku.

Untuk wanita, pakaian adat ini biasa digunakan hanya sebatas dada, serupa seperti kain penutup yang dibalutkan di tubuh. Pun dengan perhiasan, dalam setiap pakaian adat suku-suku yang ada di NTT ini gak luput juga dari aksesoris tambahan.

Pada pakaian Hinggi wanita, aksesorisnya dipakai di bagian kepala berupa tiara polos yang dilengkapi dengan Hai Kata (Tiduhai). Di dahi mereka memakai perhiasan logam atau yang biasa disebut dengan Maraga. Di bagian telinga memakai Mamuli dan kalung emas di leher.

Pada awalnya, pakaian adat ini lebih sering dipakai dalam acara-acara besar seperti upacara adat. Namun, semakin kesini, pakaian adat Hinggi umum juga dipakai pada berbagai acara-acara penting.

Suku Helong sebenarnya merupakan suku yang mendiami Nusa Ina atau nama lain dari Pulau Seram, Maluku. Yang kemudian melalui perjalanan panjang hingga sampailah di Pulau Timor.

Mayoritas dari Suku Helong tinggal di Kupang Tengah dan Kupang bagian barat, sebagian kecil lainnya juga ada di Pulau Flores dan Pulau Semau.

Adapun, pakaian adat khas dari Suku Helong  juga terbagi jadi 2, antara pakaian wanita dan pria tentu ada perbedaan dari segi berbagai aksesoris dan cara berpakaiannya!

Untuk pria, umumnya memakai baju bodo sebagai atasan dan selimut kain sebagai bawahan. Dipadu padankan dengan perhiasan di leher yang bernama habas dan ikat kepala atau destar.

Sedangkan untuk wanitanya, biasa memakai kebaya atau kemben (kain sebatas dada) serta sarung untuk bawahan yang dililitkan kemudian diikat di pinggang menggunakan sabuk emas atau biasa disebut pending.

Pakaian adat suku-suku yang ada di NTT juga gak luput dari perhiasan di bagian kepala yang berbentuk seperti bulan sabit atau Bula Molik, kalung dan anting, serta hiasan di leher.

Suku Sabu atau yang biasa disebut juga sebagai Suku Sawu merupakan sekelompok etnis yang mendiami Kabupaten Sabu Raijua di bagian selatan Pulau Sawu, di timur Pulau Sumba, dan di bagian barat Pulau Rote, NTT.

Sama seperti suku-suku lainnya di NTT, Suku Sabu juga punya pakaian khas yang dibedakan antara pakaian khusus wanita dan pria.

Pakaian khas Suku Sabu untuk wanita sangat sederhana jika dibandingkan dengan pakaian Suku Sabu khusus pria. Dimana, wanita hanya memakai kebaya dan 2 buah kain tenun yang diselendangkan dan dililitkan menyerupai sarung dengan ikat pinggang atau yang biasa disebut pending.

Pakian adat Sabu khusus pria terdiri dari kemeja putih berlengan panjang dengan bawahan berupa sarung dari kain katun. Aksesoris lain yang dikenakan juga berupa selendang di bagian bahu, ikat kepala berupa mahkota dengan tiga tiang yang terbuat dari emas, kalung muti salak, perhiasan leher, dan gelang tangan.

Suku Lio menempati wilayah Kabupaten Ende. Nama Lio diambil dari kata Sa Li, Sa Ine, atau Sa One yang bermakna sebaya, seibu, dan sekeluarga. Nama ini tentu aja mencerminkan nilai persatuan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Suku Lio.

Adapun pakaian dari Suku Lio ini biasa disebut Tenun Ikat Patola dan masih lestari lho sampai saat ini! Pakaian adat Suku Lio punya ciri khas berupa motif-motif dari alam, seperti motif hewan, dedaunan, ranting, dan gak jarang juga motif manusia.

Motif dari kain pakian khas Suku Lio biasa ditenun dengan benang-benang berwarna merah atau biru dan kain berwarna cenderung gelap. Untuk kalangan bangsawan, umum sekali menambahkan manik-manik dan perhiasan pada pakaian mereka.

Tenun Ikat Patola bisa dibilang sangat sakral lho bagi masyarakat di Suku Lio, sebab Ikat Patola ini umum sekali dipakai sebagai kain penutup jenazah kepala suku atau para bangsawan.

Gak cuma itu, masyarakat Lio juga memakai pakaian adat suku mereka pada perayaan-perayaan besar, seperti ritual adat, acara seserahan pada pernikahan, serta upacara-upacare penghormatan kepada Sang Pencipta.

Kalau pakaian adat dari suku yang satu ini pasti udah pada kenal ya Sobat Indahnesia! Yap, siapa sih yang gak kenal dengan Kain Songke?

Songke merupakan kain wajib yang digunakan oleh para wanita dari Suku Manggarai dengan nilai filosofis yang sangat tinggi. Untuk cara pakainya hampir mirip dengan pemakaian sarung.

Karena makna dan nilainya yang cukup tinggi, pemakaian Songke ini gak boleh sembarangan. Ada bagian dari Kain Songke yang harus menghadap ke arah depan dan tidak boleh terbalik.

Contoh Kain Songke yang penggunaannya gak boleh terbalik adalah Kain Songke Wela Kaleng, dimana kain ini punya makna filosofis hubungan manusia dengan alam. Adapula Kain Songke Ranggong yang bermakna kerja keras dan kejujuran, serta motif Su’i yang bermakna segala sesuatu di dunia ini memiliki batasan.


Itu dia ulasan mengenai pakaian adat khas dari suku-suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Semuanya punya keunikan masing-masing dengan beragam motif yang gak sembarang dibuat, tapi punya makna filosofis yang tinggi.

Berkunjung NTT emang gak lengkap kalau gak coba pakai pakaian adatnya atau setidaknya bawa oleh-oleh kain tenun khasnya ya Sobat Indahnesia! So … yuk booking open trip Komodo bareng Indahnesia biar bisa cobain sensasi berlibur ke Nusa Tenggara Timur!

Exit mobile version