Desa Wae Rebo, Sepotong Surga Yang Terisolasi
open trip waerebo, waerebo trip, trip waerebo, desa waerebo, waerebo village, manggarai barat, flores trip, waerebo tour, sharing tour waerebo, waerebo, wae rebo, wae rebo trip, open trip wae rebo

Desa Wae Rebo

Apa itu Desa Wae Rebo? Desa waerebo merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dengan waktu tempuh sekitar 7 jam dari Labuan Bajo dengan menggunakan mobil. Perjalanan menuju ke Desa ini sangat menyenangkan. Meski harus melewati banyak jalan yang rusak dan berlubang namun akan terobati oleh lanskap tanah flores yang khas serta ramah senyum penduduk setempat.

desa wae rebo, open trip waerebo, waerebo trip, trip waerebo, desa waerebo, waerebo village, manggarai barat, flores trip, waerebo tour, sharing tour waerebo, waerebo, wae rebo, wae rebo trip, open trip wae rebo
Desa Wae rebo

Rumah adat di Desa ini adalah Mbaru Niang. Rumah berbentuk kerucut melingkar dengan arsitektur sangat unik yang mendapatkan penghargaan UNESCO Asia-Pacific Awards di Bangkok 27 Agustus 2012. Desa ini menawarkan kesempatan unik kepada setiap pengunjung untuk melihat keaslian budaya dan aktifitas sehari-hari suku Manggarai yang masih dijaga hingga sekarang.

Desa Wae Rebo kini sudah difasilitasi untuk meningkatkan daya tarik wisata. Bersama tim arsitek dari Jakarta dan pemerintah Indonesia, empat Mbaru niang telah berhasil direnovasi. Empat bangunan berbentuk kerucut yang kondisinya sudah rusak dibangun kembali dengan cara yang sama seperti dahulu dibangun yakni dengan cara tradisional.

Atapnya terbuat dari ijuk, didukung oleh tiang kayu pusat, semua direkatkan menggunakan rotan dan tanpa paku sama sekali. Rumah utama mereka terletak di tengah, dan ukurannya paling besar. Struktur rumahnya melambangkan kesatuan suku, masyarakat menggunakan drum suci sebagai media untuk berkomunikasi dengan nenek moyang.

Ketika mengunjungi Desa Wae Rebo, pengunjung tidak hanya akan melihat keaslian rumah dari Suku Manggarai namun juga akan mendapatkan kesempatan untuk ikut berbaur dengan aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Sebagian warga bekerja di kebun dari pagi sampai subuh, memanen, mengolah dan memproses biji kopi sampai siap untuk diseduh. Selain itu pengunjung dapat melihat proses menenun kain tradisional Desa Wae rebo.

Pengunjung yang datang ditawarkan fasilitas untuk bermalam di salah satu rumah Mbaru Niang. Mbaru Niang adalah bangunan komunal. Satu rumah berisikan delapan keluarga yang berasal dari satu nenek moyang. Berbeda dengan model rumah zaman sekarang, perapian mereka diletakkan di tengah rumah. Jadi, pengunjung akan merasakan sensasi tidur di tikar anyam yang terbuat dari daun pandan dan juga merasakan bagaimana kehidupan masyarakat Desa Wae Rebo dulu ketika satu keluarga besar masih menjalani kehidupan bersama di satu atap.


Bagaimana cara ke Desa Wae Rebo?

Sebelum ke Desa Wae Rebo, semua pengunjung harus menuju Desa Denge yakni desa terakhir sebelum Desa Wae Rebo. Ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk menuju Desa Denge.

Jasa Operator Travel Wisata Ke Wae Rebo

Pengunjung yang ingin duduk nyaman saja dan tidak ingin pusing memikirkan ini itu bisa memilih berbagai operator wisata yang sudah banyak tersedia untuk mengambil Paket Wisata Wae Rebo.

Labuan Bajo – Denge (Sewa Mobil atau motor) – Waktu tempuh perjalanan -+ 7 Jam.

Dengan mobil atau motor, silakan menuju ke arah Ruteng. Namun sebelum sampai Ruteng anda bisa mengambil jalur alternatif ke kanan (pertigaan setelah plang penunjuk jalan) kemudian ikuti saja jalan itu. Anda akan melewati Desa Pela, Todo, Narang, Nanga Ramut, Dintor, Kombo (desa pemekaran dari Waerebo) dan berakhir di Desa Denge.

Ruteng – Denge (Sewa Mobil atau motor) – Waktu tempuh perjalanan -+ 3 Jam.

Mulai perjalanan menuju Golo Lusang. Anda akan melewati kawasan hutan lindung terlebih dahulu (kondisi jalan banyak yang berlubang jadi harap hati-hati) tapi pemandangannya sangat indah. Setelah itu anda akan melewati desa Pong Nggeok. Lalu menyeberangi jembatan Wae Mese. Lanjut ke desa Narang, Nanga Ramut, Dintor, Kombo (desa pemekaran dari Waerebo) dan berakhir di Desa Denge.

Ruteng – Denge (Oto/Truk Kayu) – Waktu tempuh perjalanan 3-3 setengah jam.

Pergi ke Terminal Mena. Oto kayu biasanya berangkat pada sore hari (tergantung dari kapasitas penumpang). Truk akan membawa Anda melewati desa Cancar, Pela, Todo dan Dintor sebelum anda akhirnya sampai di Desa Denge. Jika ingin kembali dari Denge ke Ruteng, anda harus bangun lebih awal karena Oto kayu berangkat dari Denge jam 05.30 pagi.

Denge – Wae Rebo (Treking) – Waktu tempuh perjalanan -+4 Jam

Sebelum menuju Desa Wae Rebo pengunjung bisa memilih apakah hendak menginap terlebih dahulu di Penginapan milik Pak Blasius Monta yang merupakan seorang putra asli Waerebo. Atau bisa juga kalau ingin langsung melakukan treking (ini biasanya dipilih oleh pengunjung yang waktunya terbatas).

Desa Wae Rebo hanya dapat dicapai dengan cara treking selama kurang lebih empat jam (tergantung  kondisi fisik Anda) dari Desa Denge. Tapi tenang saja, jalur pendakian menuju ke Desa Waerebo sudah berbentuk jalan setapak dan bukan jalur yang berbahaya. Sepanjang jalur pendakian pun seringkali kita berpapasan dengan penduduk asli Waerebo yang juga naik atau sedang turun dengan membawa karung di pundak mereka. Hingga sekarang, kopi adalah salah satu mata pencaharian mereka yang utama. Turun membawa kopi dan pulang membawa beras.

Dari Denge, treking dimulai dengan melalui jalan di antara homestay lokal dan SDK Denge. Pendakian akan melalui tiga pos. Pos 1 adalah Sungai Wae Lomba. Waktu tempuh dari homestay ke sini kurang lebih 1 jam (tergantung kondisi fisik).

Treking dilanjutkan ke Pos 2 yaitu Pocoroko. Waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Pocoroko ini terkenal sebagai satu-satunya tempat yang memiliki sinyal. Ini adalah hal penting bagi penduduk Desa Warebo (dan pengunjung tentunya) yang ingin melakukan panggilan telepon ataupun mengirim SMS.

Dari Pocoroko melanjutkan treking menuju Pos 3 Rumah Kasih ibu. Waktu tempuh sekitar 40 menit. Dari sini keindahan Desa Waerebo sudah bisa terlihat.

Sebelum memasuki kampung Wae Rebo pengunjung diwajibkan membunyikan alat tabuh yang disediakan di rumah Kasih Ibu sebagai penanda datangnya tamu kepada Warga Desa di bawah. Setelah membunyikan alat tabuh pengunjung juga diwajibkan berkunjung ke rumah Gendang (rumah utama) untuk melakukan upacara adat penghormatan kepada leluhur atau disebut Waelu’u.  Upacara Waelu’u dilakukan untuk meminta perlindungan kepada leluhur agar pengunjung yang datang diberi keselamatan selama di Wae Rebo sampai pulang ke rumah.


Dipublikasikan oleh Ruby Perkasa – Indahnesia Tourwww.indahnesia.net

Comments

Leave a Reply